Tasawuf, tradisi kesufian, ataupun thariqah umumnya dipersepsi oleh khalayak umum sebagai praktek atau laku spiritual yang bersifat mistik, ekslusif dan jauh dan hiruk pikuk sosial yang bersifat duniawi. Sehingga tak heran manakala memunculkan suatu tuduhan bahwa tasawuf merupakan biang kerok dan kemunduran Islam. Akan tetapi hal tersebut ditepis dengan hadirnya Sosok Hadrotus Syeikh K.H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra atau yang familiar dikenal dengan Abah Anom.
Sebagian besar kalangan umumnya lebih mengenal sosok Pangersa Abah Anom sebagai sufi, mursyid, sekaligus pengasuh dari pondok pesantren berbasis TQN terbesar di Indonesia yakni Suryalaya. Akan tetapi dibalik nama besamya yang lekat dengan identitas kesufian tersebut beliau juga memiliki kontribusi yang besar terhadap aspek sosial, pendidikan, pertahanan keamanan, dan pelestarian lingkungan.
Buku ini hadir dengan ulasan mengenai sosok Pangersa Abah Anom dalam kontribusinya terhadap bidang sosial dan pelestarian lingkungan. Kontribusi tersebut sebagai perwujudan dari laku kesufiannya sehingga memunculkan suatu paradigma yang dikenal dengan eco-sufisme atau tasawuf yang berdialektika dengan wacana kepedulian lingkungan. Di dalamnya mengulas berbagai aspek pemikiran beliau terhadap pentingnya menjaga lingkungan serta nilai-nilai yang beliau jadikan pedoman dan wejangan dalam menjalani kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut sebagai bentuk penegasan bahwa bertasawuf tidak harus menjauh dari kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi.