Pada dasarnya fikih moderasi adalah hakekat dari nilai fikih itu sendiri, karena fikih adalah sebuah aturan yang mengatur kehidupan manusia, yang secara normative disebut fikih (hukum Islam), sedangkan asal dari suatu hukum adalah mubah (boleh), selama tidak adanya dalil yang mengharamkan atau mewajibkannya. Namun karena secara konteks, bahwa pola hidup manusia senantiasa berkembang, sehingga acap kali norma hukum dibenturkan dengan realita yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan banyaknya pemahaman yang beragam, dari situlah mulai muncul perbedaan dan menyebabkan gejolak, bahkan tidak sering, agama dijadikan sebagai alasan untuk melakukan tindakan di luar kebutuhan agama yang membawa kemaslahatan, hal itu terjadi karena pakemnya pemahaman, namun di sisi lain juga acap kali terjadi sebuah pemahaman logika yang terlalu liberal, hingga kemaslahatan hanya berkisar pada akal pikiran yang tidak memenuhi tataran syara’.
Maka dalam buku ini, ditawarkannya sebuah konsep fikih moderasi yang membangun toleransi baik secara internal agama, yaitu berbicara tentang perbedaan (ikhtilaf), maupun amaliyah keagamaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam satu keyakinan, ataupun eksternal dalam beragama, yaitu hukum-hukum yang berkenaan dengan hubungan antar umat beragama yang jika tidak disikapi dengan cara yang moderat akan menimbulkan mudharat baru. Karena hukum yang berkisar pada wilayah muamalah adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan manusia secara universal, adapun hal yang berkaitan dengan keimanan atau keyakinan adalah hal yang melekat pada setiap insan secara intertum, yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun.