18 tulisan yang ada dalam buku Atas Nama Kata adalah hasil pemikiran lepas dari anak-anak muda Gen-Z tentang berbagai karut marut yang dihadapi masyarakat. Tulisan-tulisan mereka menjadi bahan pengingat bagi kita yang sering alpa dan memiliki memori pendek. Beberapa dari mereka memang pemula yang ingin belajar dan menekuni dunia literasi. Namun ada juga beberapa peserta yang telah memiliki nama dan sering menulis di media cetak dan online yang juga termotivasi untuk ikut secara serius menambah pengalaman dan pengetahuan. Tulisan-tulisan pendek dalam buku ini sangat beragam tema dan pesan. Mulai dari soal Kelapa, Kuliner, Lingkungan dan pertanyaan-pertanyaan sarkastis yang sesungguhnya bentuk protes tentang desa, tentang sumber daya alam yang di “rampok” dan juga tentang tradisi dan budaya.Mereka percaya bahwa kata-kata masih merupakan bentuk perlawanan, protes dan gugatan yang ampuh untuk di dengar oleh mereka yang memiliki otoritas. Namun setidaknya, seperti kata Pramudya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Dan atas nama kata itulah, mereka tetap hadir dalam masyarakat dan membuat sejarah untuk keabadian.