Pekarangan merupakan lahan yang ada di sekitar rumah tinggal dengan batas dan pemilikan yang jelas. Di wilayah pedesaan, pekarangan selain ditanami tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, pekarangan juga dimanfaatkan untuk usaha ternak, seperti ternak unggas atau ternak ruminansia (kambing, sapi). Kebijakan pertanian di Indonesia juga telah mengarah pada pemanfaatan pekarangan sebagai penyedia pangan rumah tangga. Walaupun terdapat program P2L, sebagian besar pekarangan di Indonesia belum dikelola secara intensif, produktivitas pekarangan masih rendah. Pokok bahasan pada tulisan ini menjelaskan bagaimana membangun model pekarangan produktif yang menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein rumah tangga di wilayah Kabupaten Sumenep. Model pekarangan produktif ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada wilayah pedesaan yang sering terjadi kasus stunting, sehingga model ini menjadi salah satu solusi mengatasi stunting di pedesaan.
Selain memperkenalkan konsep verticultur, dalam buku ini juga terdapat rekomendasi pola tanam untuk luas lahan pekarangan kurang dari 400m2 dan lebih dari 400m2. Dalam proses penanaman, penyediaan bibit dan benih perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk menunjang produktivitas pekarangan. Penentuan pola tanam, baik secara monokultur maupun polykultur, mengatur waktu panen, juga dijelaskan dalam buku ini. Selain itu diperlukan suatu tahapan pelaksanaan yang jelas seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, konsep rotasi tanam, hingga konsep pengelolaan limbah panen menuju zero waste.