La Patau Matanna Tikka Mempersatukan Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Selatan
Сентябрь 30, 2023
Nurhaeni Nurhaeni

Metrics

  • Eye Icon 0 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 0 views  //  0 downloads
La Patau Matanna Tikka Mempersatukan Kerajaan\u002DKerajaan di Sulawesi Selatan Image
Abstract

La Patau Matanna Tikka (lahir pada tanggal 03 November 1672 dan wafat pada tanggal 16 September 1714) adalah Mangkau (Raja) Bone XVI yang menjabat pada tahun 1696-1714. menggantikan Arung Palakka. Gelaran nama panjang La Patau adalah La Patau Matanna Tikka, Sultan Adzimuddin Idris, Walinonoe To Tenribali Malae Sanrang, Matinroe ri Nagauleng. La Patau juga adalah Raja (Datu) Soppeng XVIII dan Ranreng Tuwa (Wajo) XVII dan mewarisi Arung Ugi dan Arung Timurung serta Ranreng Tuwa dari ayahandanya La Pakokoe dan Arung Palakka dari ibundanya. Neneknya adalah Sitti Hadijah I Dasale Arung Pugi Paddanreng Tuwa XV, dan kakeknya adalah La Maddaremmeng Opunna PakokoE Arung Timurung Arung Palakka, Raja / Mangkau Bone XIII (1631-1644). Selain sebagai Raja, La Patau juga tampil sebagai sosok yang menguatkan praktik syariat Islam yang ketat di Sulawesi Selatan, La Patau menjadikan ajaran Islam sebagai pengikat dan pendorong ke arah kesatuan dan persatuan anggota masyarakat, serta antara kerajaan. Hal ini juga dikarenakan beliau selain menjadi Arumpone, juga menjadi Datu di Soppeng dan Ranreng Ruwa di Kerajaan Wajo. dan beliau juga yang memiliki pemeran utama terbaik yang menjadi simpul dalam gerakan sompunglolo-Sempugi atau penyatuan genealogis antar bangsawan Bugis,Luwu, Makassar dan Mandar. Melalui perkawinannya dengan We Ummu Datu Larompong anak dari La Settia Pajungnge ri Luwu kemudian melahirkan We Batari Toja, We Mariama Karaeng Patukangan anak dari I Mappadulung Karaeng ri Gowa cucu Sultan Hasanuddin daan melahirkan empat anak, yaitu We Yanebana I Dapattola, La Pareppa To Sappewali, La Padassajati To Appaware dan La Panaongi To Pawawoi., La Patau Matanna Tikka sebagai pewaris tahta kerajaan Bone setelah Arung Palakka, melalui perkawinan politik dari beberapa putri raja dari kerajaan di Sulawesi Selatan. Akhirnya dapat mempersatukan Sulawesi Selatan melalui hubungan darah (sompunglolo-sempugi ) Sehingga di Sulawesi Selatan pada abad ke-18. Nyaris semua tokoh atau elite di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sekarang ini adalah keturunan (wija) dari La Patau.

Full text
Show more arrow
 
More from this repository
Filsafat Ilmu Lanjutan
Filsafat Ilmu Lanjutan Image
Olah Limbah Cangkang Telur menjadi Pasta Gigi Anti Debris
Olah Limbah Cangkang Telur menjadi Pasta Gigi Anti Debris Image
Pendidikan Seksualitas Pada Daur Kehidupan
Pendidikan Seksualitas Pada Daur Kehidupan Image
🧐  Browse all from this repository

Metrics

  • Eye Icon 0 views
  • Download Icon 0 downloads
Metrics Icon 0 views  //  0 downloads