Sabah, salah satu negara bagian di Malaysia, memiliki industri perkebunan sawit yang besar. Luasnya lahan perkebunan sawit di Sabah tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah angkatan kerja. Kondisi tersebut menjadi daya tarik bagi warga negara Indonesia (WNI) untuk bekerja di sana, utamanya demi penghidupan dan pendapatan keluarga yang lebih baik.
Pekerja migran Indonesia (PMI) yang datang ke Sabah rata-rata tidak menempuh pendidikan menengah, sehingga kebanyakan bekerja sebagai buruh kasar atau di sektor-sektor yang ditinggalkan angkatan kerja Malaysia. Karena kelangkaan tenaga kerja tersebut, perusahaan sawit mempekerjakan pegawai dengan rasio perbandingan 1 orang pekerja mengelola 8-10 hektar ladang. Rasio tersebut sangat memberatkan para PMI sehingga mereka terpaksa mendatangkan anggota keluarga untuk membantu memenuhi target perusahaan, termasuk anak-anak usia sekolah. Tercatat lebih dari 50.000 anak-anak dari Indonesia dan Filipina yang hidup dan bekerja di ladang-ladang sawit Malaysia.
Buku ini berusaha mengeksplorasi inisiatif pemerintah Indonesia untuk tetap memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak pekerja migran Indonesia di Sabah, Malaysia. Bagaimana pun, upaya meniti masa depan bagi anak-anak tersebut dimulai dari pendidikan, dan bagi anak-anak, pendidikan tidak boleh diabaikan oleh negara, di mana pun mereka berada.