Penerapan homestay sebagai ekowisata membantu masyarakat menjadikan rumahnya sebagai akomodasi wisata dan merupakan bentuk partisipasi warga dalam industri pariwisata pedesaan. Namun karena akomodasi wisata dilakukan di pedesaan, maka konsepnya harus mendukung budaya yang ada di pedesaan dan tetap menjaga kelestarian budaya serta alam lingkungannya. Oleh karena itu penerapan homestay dapat dikatakan sebagai kegiatan pariwisata berbasis rural entrepreneurship.
Pengelola homestay di Silimalombu Samosir telah memperkenalkan paket wisata pedesaan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Ia menyediakan rumah dan lingkungannya sebagai akomodasi wisata dan objek wisata dimana wisatawan mancanegara yang menginap dapat menikmati paket wisata pedesaan. Tamunya ditawarkan konsep hidup bersama (living together) dengan terlibat dengan kegiatan memasak, bersih-bersih, ke lahan pertanian, dan berbagai kegiatan kewirausahaan (tourismpreneurship).
Selain rumah, potensi besar yang dimiliki orang Batak adalah hospitality (keramahtamahan). Dalam industri pariwisata, hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki nilai untuk dijual.
Hotel tak perlu takut bersaing dengan homestay, begitu juga sebaliknya. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Segmen antara tamu hotel dan homestay berbeda. Jadi bukan sekadar mahal atau murah, melainkan tujuan apa yang telah ditetapkan dalam rencana perjalanan. Jika ingin menikmati hidup bersama warga, maka tinggallah di homestay, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Tamu Homestay Ecovillage Silimalombu sebanyak 80 persen memesan melalui aplikasi airnb. Itu sebabnya umumnya merupakan turis asing yang datang ke sana. Kalaupun ada wisatawan lokal, biasanya karena informasi dari mulut ke mulut atau membaca artikel tentang Homestay Ecovillage Silimalombu.